Harga Emas Stabil Usai Bertengger di Level Puncak



Harga emas stabil setelah menyentuh level tertinggi selama delapan bulan. Penyebabnya, investor yang mengambil posisi jelang data inflasi AS.  Laporan data inflasi bisa berpengaruh terhadap jalur kebijakan Federal Reserve. 

Harga emas Treasury hari ini naik 0,02 persen ke Rp963.023 per gram. Level tertingginya saat ini berada di Rp964.667 per gram. Harga emas dunia di pasar spot stabil di level US$1.877,51 per ons. Harga emas berjangka AS naik 0,1 persen ke US$1.878,9 per ons. 

Analis Kitco Metals, Jim Wyckoff, mengatakan harga yang stabil ini disebabkan oleh aksi profit taking yang dilakukan pedagang berjangka pendek menjelang laporan inflasi. Menurut Wyckoff, pasar terus memperdagangkan emas secara sideways. Saat ini, pasar mengawasi laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS secara ketat. Memang, dalam waktu dekat, Departemen Ketenagakerjaan AS akan merilis data ini. Analis memperkirakan inflasi akan turun dari 7,1 persen pada November 2022 menjadi 6,5 persen pada Desember 2022.  "Ini bisa menjadi laporan yang besar jika kita bisa mendapatkan pembacaan bagus lainnya yang menunjukkan inflasi turun lebih cepat daripada perkiraan," kata analis pasar di OANDA, Craig Erlam. 

Analis memperkirakan data inflasi yang melemah bisa mendorong emas ke atas level US$1.900 per ons pada akhir pekan. Analis senior di FXTM, Lukman Otunaga, mengatakan angka IHK yang turun pada Desember dan imbal hasil surat utang pemerintah AS yang lebih rendah, akan menjadi perkembangan yang disambut baik untuk emas. 

Di samping itu, ada kekhawatiran tentang skala dan wabah COVID-19 di China. Padahal, negara itu merupakan konsumen teratas emas.  "Dalam jangka panjang, China diperkirakan akan bangkit kembali dengan kuat yang bisa merangsang permintaan tambahan," kata Erlam. 

 

Ada Risiko Bagi Emas

Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen, mengatakan ada risiko penurunan harga yang mulai muncul meskipun logam mulia itu berpeluang menanjak ke atas level US$1.900 per ons. Pasar telah memasukkan perkiraan inflasi ke harga emas.  Hansen mengatakan reli emas bisa mendorong aksi ambil untung setelah awal tahun naik solid. Saat ini, investor sebaiknya tidak mengejar pasar dan mereka yang punya posisi long taktis ingin mengurangi eksposure. 

"Menurut saya, aksi harga emas dalam sepekan terakhir menunjukkan arah yang benar pada 2023. Meskipun arahnya benar, saya yakin waktunya bisa salah," kata dia. Hansen mengatakan momentum mendukung pembelian teknis dan bersifat spekulatif, terutama melalui short covering. Aktivitas di pasar ETF dan investor jangka panjang tetap menghangat. Ini bisa meningkatkan risiko koreksi harga jangka pendek. 

Analis logam mulia di Commerzbank, Carsten Fritsch, memperingatkan investor tentang jalan yang sulit dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan oleh pasar yang sedang menyesuaikan diri dengan penurunan ekspektasi inflasi. Terutama, Federal Reserve mempertahankan sikap agresif terhadap kebijakan moneter.  Menurut Fritsch, pasar mengantisipasi tingkat suku bunga puncak akan berada di bawah 5 persen. Lalu, suku bunga akan berangsur turun menjelang akhir tahun. Kalau pasar mulai mempercayai perkiraan kebijakan moneter, emas bisa melihat ada tekanan jual yang baru. 

"Oleh karena itu, kami memperingatkan agar investor tidak berasumsi kenaikan harga saat ini bisa berlangsung lebih lama," kata dia.  Meskipun begitu, Fritsch tetap bullish terhadap harga emas. Dia memperkirakan harganya akan bergerak di level US$1.850 per ons pada 2023.

 

Suku Bunga Fed Diperkirakan Akan Naik Segini

Sekadar informasi, bank sentral AS telah memperlambat laju kenaikan suku bunganya pada Desember 2022 dan hasilnya dinanti oleh pasar. Kini, pasar melihat peluang  77 persen Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin ke 4,50 persen-4,75 persen pada Februari 2023. Suku bunga juga akan memuncak di 4,92 persen pada Juni 2023. 

Pimpinan Federal Reserve Boston, Susan M. Collins, lebih condong ke kenaikan suku bunga sebanyak 25 basis poin pada pertemuan berikutnya. Penurunan laju kenaikan suku bunga bisa menguntungkan emas. Walaupun suku bunga yang tinggi bisa meningkatkan biaya memegang peluang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil, penurunan laju bisa melemahkan dolar AS. 

Lagipula, suku bunga yang tinggi bisa mendorong ekonomi tumbuh melambat, bahkan mendorongnya ke jurang resesi. Ketika perekonomian memburuk, banyak orang berburu emas sebagai aset safe haven. Saat ekonomi sedang tidak baik-baik saja, harga logam mulia itu cenderung lebih stabil daripada instrumen investasi lainnya. Ditambah lagi, harganya naik setiap tahun. 

Apalagi sekarang emas bisa dibeli dengan mudah. Tidak perlu repot pergi ke toko, Sobat Treasury bisa membelinya secara online melalui smartphone. 

 

Harga Emas Mulai Goceng

Aplikasi emas seperti Treasury bisa menjadi pilihan untuk investasi. Harganya sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu. Lebih murah daripada secangkir one shot espresso, kan?

Selain itu, ada banyak keuntungan yang ditawarkan Treasury. Seperti, fitur Cetak Emas untuk mencetak emas digital menjadi logam mulia batangan. Lalu, Jamimas untuk mempermudah kamu untuk mendapatkan pendanaan dengan menjual sementara saldo emas digitalmu Kamu juga bisa membeli koin emas Koin Nusantara dan koleksi perhiasan dari UBS Lifestyle. 

Urusan legalitas dan keamanan Treasury tidak perlu diragukan lagi. Treasury, merupakan pedagang emas fisik digital pertama yang berlisensi BAPPEBTI. Merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka Transaksinya pun aman karena merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI. Transaksi digital terjamin aman karena telah terdaftar di KOMINFO dan berpartner dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna.

Bagaimana? Menarik kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!